Mitral stenosis




Etiologi
Stenosis mitral dapat dibagi atas reumatik (lebih dari 90%) dan non reumatik. Stenosis mitral reumatik berawal dari demam reumatik, suatu peradangan non supuratif pada berbagai jaringan tubuh dengan berbagai manifestasinya.Di negara yang sedang berkembang (termasuk Indonesia) manifestasi stenosis mitral sebagian terjadi pada usia di bawah 20 tahun yang disebut sebagai juvenile mitral stenosis yang jarang ditemukan pada negara-negara maju.

Patofisiologi
Bakteri Streptococcus Beta Hemolitikus Group A dapat menyebabkan terjadinya demam reuma. Selain itu, oleh tubuh dia dianggap antigen yang membuat tubuh membuat antibodinya. Hanya saja, strukturnya ternyata mirip dengan katup mitral yang membuat kadangkala antibodi tersebut malah menyerang katup mitral jantung. Hal ini dapat membuat kerusakan pada katup mitral tersebut. Pada proses perbaikannya, maka akan terdapat jaringan fibrosis pada katup tersebut yang lama kelamaan akan membuatnya menjadi kaku. Pada saat terbuka dan tertutup akan terdengar bunyi yang tidak normal seperti bunyi S1 mengeras, bunyi S2 tunggal, dan opening snap, juga akan terdengar bising jantung ketika darah mengalir. Apabila kekakuan ini dibiarkan, maka aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri akan terganggu. Ini membuat tekanan pada atrium kanan meningkat yang membuat terjadi pembesaran atrium kanan. Keregangan otot-otot atrium ini akan menyebabkan terjadinya fibrilasi atrium.

Kegagalan atrium kiri memompakan darah ke ventrikel kiri menyebabakan terjadi aliran darah balik, yaitu dari atrium kiri kembali ke vena pulminalis, selanjutnya menuju ke pembuluh darah paru-paru. Meningkatnya volume darah pada pembuluh darah paru-paru ini akan membuat tekanan hidrostatiknya meningkat dan tekanan onkotiknya menurun. Hal ini akan menyebabkan perpindahan cairan keluar yang akan menyebabkan udem paru. Ini bisa kemuadian menyebabkan sesak napas pada penderita.

Pemeriksaan
Stenosis mitral yang murni dapat dikenal dengan terdengarnya bising middiastolik yang bersifat kasar, bising menggenderang (rumble), bunyi jantung satu yang mengeras. Jika terdengar bunyi tambahan opening snap berarti katup masih relatif lemas sehingga waktu terbuka mendadak saat diastol menimbulkan bunyi yang menyentak. Jarak bunyi jantung kedua dengan opening snap memberikan gambaran beratnya stenosis. Makin pendek jarak ini berarti makin berat derajat penyempitannya. Pada fase lanjut ketika sudah terjadi bendungan interstitial dan alveolar paru akan terdengar ronkhi basah atau wheezing pada fase ekspirasi. 
Untuk menunjang diagnosis dari Mitral Stenosis ini, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti foto thoraks dimana akan ditemukan adanya pembesaran atrium kanan dan juga ditemukan udem paru. Pada pemeriksaan Elektrokardiogram, akan ditemukan gangguan irama berupa fibrilasi atrium. Pada pemeriksaan Echocardiogram, dapat ditentukan derajat stenosis katup mitral. Sedangkan pemeriksaan laboratorium hanya untuk membantu menentukan adanya reaktivasi rheuma.

Penatalaksanaan
Prinsip dasar pengelolaan dari stenosis mitral ini adalah melebarkan lubang katup mitral yang menyempit. Intervensi dapat bersifat bedah (valvulotomi, rekonstruksi aparat subvalvuler, komisurotomi atau penggantian katup) dan non bedah (valvulotomi dengan dilatasi balon). Pengobatan farmakologis hanya diberikan apabila ada tanda-tanda gagal jantung, aritmia atupun reaktivasi rheuma. Obat-obatan tersebut dapat beruba obat vasodilator, diuresis dan anti aritmia. 
Profilaksis rheuma pada stenosis mitral harus diberikan sampai umur 25 tahun, walaupun sudah dilakukan intervensi. Bila sesudah umur 25 tahun masih terdapat tanda-tanda reaktivasi, maka profilaksis diteruskan lagi selama 5 tahun.
Pencegahan terhadap endokarditis infektif diberikan pada setiap tindakan operatif. Misalnya: Pencabutan gigi, luka dan sebagainya. 


Komentar

Postingan Populer