Schizophrenia Anonymous, A Better Future


Schizophrenia anonymous adalah kelompok bantuan sendiri (self-help group), suatu perkumpulan yang terdiri dari para pasien atau mantan pasien skizofrenia, keluarganya atau mereka yang berminat terhadap skizofrenia. perkumpulan ini menjanjikan suatu hari depan yang lebih baik bagi pasien skizofrenia.

Pendahuluan
Kondisi masyarakat Indonesia dewasa ini yang baru saja menyelesaikan pemilihan presiden dan tak lama lagi akan disusul dengan pembentukan kabinet yang baru, lalu program kabinet/pemerintahan yang baru juga, belum menunjukkan harapan apa-apa bagi penderita penyakit skizofrenia.

Bagaimana Program Kesehatan Jiwa yang akan datang ? Apa yang akan dilakukan, berapa lama lagi kita akan keluar dari krisis multidimensional yang sejak lebih dari 5 tahun terakhir kita alami ? Situasi di Departemen Kesehatan sendiri pun dewasa ini dengan dihapuskannya Direktorat Kesehatan Jiwa dan berbagai dampaknya terhadap program kesehatan jiwa yang dijalankan di rumah sakit-rumah sakit jiwa pemerintah, kita rasakan kurang mendukung hari depan yang lebih baik bagi pasien skizofrenia, terutama dalam kaitannya dengan keadaan kacau di berbagai bidang dalam tahun-tahun terakhir ini.

Perlu diingat bahwa terjangkitnya skizofrenia mempunyai kaitan erat dengan situasi kacau (chaos) dalam masyarakat dan taraf sosial ekonomis yang lebih rendah. Demikian juga dengan kemampuan finansial keluarga pasien dengan skizofrenia umumnya tidak memungkinkan untuk membiayai penyembuhan penyakit yang cenderung berjalan kronis itu. Pada tingkat global, hari depan psikiatri di rumah sakit umum dilaporkan mengalami ketidak pastian. Bagaimanakah mendatangkan hari depan yang lebih baik itu bagi pasien skizofrenia ?

Skizofrenia Adalah Tantangan Bagi Kita Semua
Skizofrenia adalah tantangan bagi kedokteran karena menimbulkan gangguan-gangguan kognitif, afektif, perilaku dan motivasi sehingga menyebabkan gangguan adaptasi pasien terhadap lingkungan. Mula penyakit ini juga tergolong dini : sekitar masa remaja akhir dan dewasa muda, sering menyebabkan kegagalan individu dalam mencapai keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan menyebabkan pasien menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.

Skizofrenia juga seringkali menetap atau kronis, kambuh-kambuh sehingga perlu terapi berjangka lama. Disamping itu semua, etiologi, patofisiologi dan perjalanan penyakitnya amat bervariasi/heterogen sehingga mempersulit diagnosis dan penanganannya.

Berbagai problema menimpa keluarga, membebani berbagai aspek kehidupan keluarga. Pasien sering ‘minder’, tidak mempunyai teman, menganggur, ‘malas’, aneh, bicara sendiri, ketawa sendiri, terkadang selalu memikirkan untuk bunuh diri saja, tak pandai mengatur uang, kegiatan itu-itu saja, monoton, kurang variasi, tak bisa bergaul, dan banyak lagi sifat atau gejala yang sulit-sulit. Diperlukan keterampilan khusus atau pengalaman dan pengendalian diri untuk keluarga bisa menanggulangi ini semua.

Dan, skizofrenia juga merupakan tantangan bagi masyarakat karena adanya stigma dalam masyarakat, penanganan yang kurang memadai, kesempatan dan kemampuan untuk reintegrasi ke dalam masyarakat kurang sekali; tendensi kronisitas; dukungan psikososial dan keterlibatan keluarga yang tak memadai; modalitas terapi yang berbeda-beda; sumber-sumber ekonomi yang kurang, biaya terapi jangka lama; dan akhirnya rendahnya prioritas di tingkat Departemen Kesehatan sendiri merupakan problema-problema yang terkait dengan skizofrenia.

Paradigma Baru Dalam Penyembuhan/Terapi Skizofrenia
Walaupun demikian banyak problema yang terkait dengan penyakit skizofrenia, kemajuan-kemajuan dalam konsep terapi dan rehabilitasinya, serta terutama dalam medikasinya, generasi baru obat antipsikotika memberi harapan baru yang mendatangkan perubahan paradigma dalam pengobatan skizofrenia. Kini lebih memungkinkan untuk mempertahankan kondisi stabil pasien untuk jangka lebih lama, dan “stable patients can do better ” !

Peran Masyarakat / Komuniti
Karena skizofrenia terkait erat dengan kondisi masyarakat yang kacau dan status sosial ekonomis yang rendah, maka masyarakat harus berusaha keras untuk melakukan pembangunan sedemikian rupa sehingga masyarakat menjadi aman, tentram dan sentosa.

Masyarakat harus membangun manusia Indonesia yang seutuhnya (holistic). Menyebarkan informasi tentang skizofrenia kepada setiap anggotanya. Memberi dukungan yang memadai kepada keluarga-keluarga yang terkena skizofrenia pada salah satu anggotanya. Mengusahakan dana dan sarana yang memadai untuk penelitian skizofrenia. Mendirikan tempat-tempat rehabilitasi, klinik-klinik yang cukup untuk menjalankan program penyembuhan skizofrenia secara tuntas. Menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mantan pasien agar reintegrasi social pasien kembali ke masyarakat dapat lebih terjamin dan lancar. Meningkatkan taraf pendidikan anggota masyarakat secara umum.

Cara-cara Terapi/Perawatan Skizofrenia
Selain cara dengan perawatan di rumah sakit (umum atau jiwa) dan rawat jalan, ada cara alternatif, yaitu dirawat hanya pada siang atau malam hari saja di rumah sakit, sebagian hari lainnya pasien berada di rumah bersama dengan keluarga atau di sekolah atau tempat kerja bersama teman-temannya.

Selain itu ada program terapi residensial, yaitu tempat semacam asrama bagi pasien skizofrenia yang sudah relatif tenang atau mencapai keadaan remisi (tetapi masih memerlukan rehabilitasi, latihan keterampilan lebih lanjut) dapat hidup dalam suasana lingkungan sepeerti keluarga (bersama-sama pasien lainnya) dalam mana ia dapat mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya di tengah-tengah lingkungan yang mendukung sehingga ia kemudian juga terampil menjalani kehidupan ini di luar rumah sakit, di tengah-tengah masyarakat luas seperti anggota masyarakat pada umumnya.

Semuanya memerlukan semacam dukungan social (social support) dari komuniti atau lingkungan masyarakatnya. Secara tuntas, untuk terapi holistic diperlukan perhatian baik untuk fisiknya (makanan, istirahat, medikasi, latihan fisik), mental-emosionalnya (psikoterapi, konseling psikologis), dan bimbingan social (cara bergaul, latihan keterampilan social) serta lingkungan keluarga dan social yang mendukung). Disamping terapi okupasional (kegiatan untuk mengisi waktu) diperlukan juga terapi /rehabilitasi vokasional (untuk melatih keterampilan kerja tertentu yang dapat digunakan pasien untuk mencari nafkah).

Semua ini membutuhkan jalinan kerja sama seluruh lapisan masyarakat/komuniti, dan tidak mungkin dilakukan oleh satu kelompok komuniti saja, banyak pihak harus terlibat dan saling bekerja sama dengan satu tujuan yaitu membawa pasien kepada keadaan bebas penyakit dan terampil menjalani kehidupan secara mandiri.

Kriteria Sembuh
Istilah remisi (sembuh bebas gejala) menunjukkan pasien, sebagai hasil terapi medikasi terbebas dari gejala-gejala skizofrenia, tetapi tidak melihat apakah pasien itu dapat berfungsi atau tidak. Istilah recovery (sembuh tuntas) biasanya mencakup disamping terbebas dari gejala-gejala halusinasi, delusi dan lain-lain, pasien juga dapat bekerja atau belajar sesuai harapan keadaan diri pasien masyarakat sekitarnya. Untuk mencapai kondisi sembuh dan dapat berfungsi, seorang pasien skizofrenia memerlukan medikasi, konsultasi psikologis, bimbingan social, latihan keterampilan kerja, dan kesempatan yang sama untuk semuanya seperti anggota masyarakat lainnya.

Sanatorium Dharmawangsa, A Professional Center For skizofrenia
Disamping melayani pasien-pasien dengan gangguan psikologis, mental, emosional lainnya, juga adalah rumah sakit khusus untuk skizofrenia, dengan tujuan agar pasien dapat seutuhnya berfungsi di masyarakat sesudah ia disembuhkan dari penyakit yang diidapnya.

Pelayanan yang diberikan meliputi : rawat inap dan rawat jalan, konsultasi psikiatris dan psikologis, evaluasi psikologis (psikotes), bimbingan dan evaluasi social, pelayanan jemput pasien, pelayanan suntik depot dan rawat rumah (pasien dikunjungi di rumahnya, oleh psikiater, perawat atau psikolog dan pekerja social). Secara umum membantu anggota masyarakat yang membutuhkan untuk meningkatkan kesehatan dan taraf fungsionalnya. Dan memberikan kontribusi iolmiah melalui pendidikan (kedokteran, psikologi, ilmu social) dan riset.perawatan siang atau malam hari (Partial Hospitalization). Program Drop-in untuk pasien skizofrenia (Pusat mampir).

SCHIZOPHRENIA ANONYMOUS SANATORIUM DHARMAWANGSA (SASD)
Didirikan pada tahun 1987, SASD adalah suatu perkumpulan dengan anggota-anggotanya terdiri dari mantan pasien skizofrenia, keluarganya dan orang-orang yang berminat terhadap skizofrenia; tujuan utama adalah untuk memperjuangkan nasib penderita skizofrenia sehingga mempunyai hari depan yang lebih baik.

Misi yang diemban adalah mengembangkan dan membina kelompok bantuan atau kelompok pendukung untuk individu-individu, para sahabatnya, anggota keluarga yang terkena skizofrenia dan penyakit terkait, serta menjadi sumber untuk semua orang dalam penanggulangan skizofrenia dan penyakit-penyakit terkiat melalui edukasi, informasi dan peningkatan kesadaran masyarakat. SASD merupakan organisasi nonprofit yang ada saat ini yang memperhatikan kepentingan pasien skizofrenia dalam usaha membantu proses reintegrasi pasien kembali ke masyarakat.

Sejak berdirinya, SASD, telah mengadakan berbagai kegiatan edukasi/informasi sebagai berikut : seminar, symposium awam tentang skizofrenia dalam kaitan dengan berbagai aspek kehidupa (skizofrenia dan wanita, skizofrenia dan kehamilan, skizofrenia dan sex, skizofrenia dan merokok/ nikotin, skizofrenia dan obat/drugs, skizofrenia dan kekerasan, skizofrenia dan bunuh diri, dan sebagainya). Bulletin Skizofrenia. Pertemuan organisasi (Yayasan Skizofrenia Indonesia, KONAS 1 & 2). Kursus untuk keluarga tentang pasien skizofrenia (cara penanggulangan oleh keluarga, dalam keluarga. Konsultasi Radio. Kegiatan promotif dan preventif lain (outreach program ke sekolah-sekolah, dan lain-lain).

Program Kegiatan yang akan datang adalah sebagai berikut :
A. Family to Family
B. Pencetakan brosur, leaflet, informasi untuk pasien, keluarga dan masyarakat.
C. Edukasi /Informasi : berbagai aspek skizofrenia dan keluarga, kursus-kursus, psikoedukasi, social skills training, terapi keluarga, dll.
D. Organisasi : fund development, sponsorship
E. Program Rehabilitasi Residensial (sheltered family life setting; half-way house program, dll)
F. .tujuan akhir : INDIVIDU MANDIRI & HAPPY.

DENGAN MENGIKUTI PROGRAM SASD, PASIEN SKIZOFRENIA AKAN MENJADI STABIL KESEHATANNYA, MENINGKAT PENGETAHUAN DAN KETERAMPILANNYA (SOCIAL, VOKASIONAL, DAN LAIN-LAIN) SEHINGGA AKAN MEMPUNYAI KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK.

Kesimpulan
Melalui kegiatan-kegiatan SASD akan dapat dicapai hari depan yang lebih baik bagi pasien skizofrenia dan keluarganya; Pengertian dan kesadaran yang lebih baik oleh masyarakat Indonesia dan perhatian yang lebih baik oleh pemerintah Indonesia.

Oleh: Dr. L S Chandra, SpKJ
Sumber: www.jiwasehat.com


Komentar

  1. Menjawab pertanyaan anda tentang CLP dan Psikosomatik apakah ada hubungan. Saya rasa anda harus perhatikan lagi artikel yang saya tulis. Psychosomatic Medicine itu sebenarnya dikenal juga sebagai CLP walaupun hal ini tidak semua disetujui oleh semua psikiater. Apalagi banyak yang beranggapan Psychosomatic itu salah definisi, tapi di Amerika hal itu sudah diresemikan oleh APA sendiri.Psychosomatic itu bukan hanya sesuatu yang kita pelajari sebagai Somatoform Disorder (yang hanya 6 saja diagnosisnya menurut DSM IV). Tapi lebih dari itu, kalau kita perhatikan lagi sebanrnya Psychosomatic Medicine itu adalah CLP juga. DI Amerika untuk sub-spesialisasi dan kepentingan fellowship maka tahun 2003 diresmikan nama Psychosomatic Medicine.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer